AHY Ungkap Isu Kudeta Partai Demokrat ke Publik, Indo Barometer: Sutradaranya ya SBY
Instagram/agusyudhoyono
Nasional

Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari lantas menilai Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) turut berperan dalam ekspos isu kudeta Partai Demokrat tersebut ke publik.

WowKeren - Isu kudeta kepemimpinan Partai Demokrat sempat menjadi perbincangan panas. Isu ini bermula kala Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengumumkan adanya upaya kudeta terhadap dirinya dengan melakukan Kongres Luar Biasa (KLB).

Manuver AHY tersebut lantas memunculkan spekulasi mengenai siapa yang merencanakan ekspos besar-besaran isu kudeta partai itu. Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari lantas menilai Susilo Bambang Yudhoyono turut berperan dalam ekspos isu kudeta tersebut ke publik.

"King maker-nya atau sutradaranya ya SBY. Nah, maksud dan tujuannya ya tentunya untuk pertama mungkin menghentikan gerakan-gerakan di dalam maupun gerakan-gerakan dari luar yang dalam hal ini adalah Pak Moeldoko begitu," tutur Qodari pada Rabu (10/2). "Dengan asumsi bahwa jika ini disampaikan ke publik lalu kemudian AHY kirim surat ke Jokowi (Presiden Joko Widodo itu Jokowi akan menghentikan Moeldoko begitu."

Selain itu, pengungkapkan isu kudeta tersebut juga dinilai bertujuan untuk meningkatkan elektoral Partai Demokrat yang mulai meredup. Pasalnya, tutur Qodari, isu kudeta ini akan membuat Partai Demokrat seolah-olah "dizalimi" dan menuai simpati.


"Yang kedua merupakan sebagian dari strategi elektoral baik bagi AHY sendiri maupun bagi Partai Demokrat," lanjut Qodari. "Bagi AHY dengan cara ini, maka mengalami lonjakan pemberitaan diharapkan meningkatkan simpati bahkan dukungan karena dizalimi oleh penguasa begitu."

Qodari menganalisis bahwa dengan mengumumkan isu kudeta ini, Partai Demokrat diharap terkesan tengah berkonfrontasi dengan Jokowi atau pemerintah. Bahkan meluas ke partai pemerintah seperti PDIP, NasDem, PKM, atau Hanura.

"Kemudian pembelahan pemerintah versus oposisi akan terbangun di mana Partai Demokrat adalah oposisi. Nah diharapkan ini bisa menggalang suara masyarakat yang tidak suka atau tidak puas dengan pemerintah dengan Jokowi," jelasnya. "Dan kebetulan pada saat bersamaan Prabowo dan Partai Gerindra yang selama periode 2014-2019 menjadi lawan Jokowi atau berada di luar pemerintahan sekarang sudah bergabung sehingga ada kekosongan di situ. Nah suara itu dimanfaatkan Partai Demokrat, nah itu keuntungan yang diharapkan dengan mengumumkan rencana kudeta itu."

Namun demikian, Qodari menilai manuver politik ini juga bisa merugikan Partai Demokrat sendiri, salah satunya adalah publik menganggap kepemimpinan Demokrat tidak kokoh. Selain itu, pengumuman isu kudeta kepada publik tersebut juga dinilai Qodari bisa memancing gerakan pembangkangan atau gerilya politik yang lebih besar. Sehingga situasi internal Partai Demokrat bisa terus memanas jika tak segera diatasi.

"Nah kerugiannya adalah sebagian dari masyarakat sebetulnya akan melihat bahwa oh ternyata AHY tidak kuat, oh ternyata kepemimpinan PD tidak kuat sehingga simpati akan turun," pungkasnya. "Pengumuman ini bisa jadi memancing semangat dari mereka yang mau melakukan gerakan kongres luar biasa justru menjadi luas, oh ternyata di dalam tidak kuat, oh kalau begitu kita punya peluang. Sebetulnya pengumuman semacam itu sama dengan melempar darah ke lautan, jadi hiu-hiu mencium bau darah dan dan menimbulkan gerakan kongres luar biasa yang sesungguhnya dalam jumlah besar."

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait