Perjalanan Hidup BJ Habibie, Presiden ke-3 Indonesia Yang Jenius Dan Penyayang
Nasional

Kisah hidup BJ Habibie sangat menarik untuk dijadikan pembelajaran hidup. Berikut perjalanan hidup BJ Habibie, hingga menjadi seorang panutan bagi masyarakat Indonesia.

WowKeren - Presiden ke-3 Republik Indonesia, Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng atau yang kerap di sapa BJ Habibie baru saja diumumkan meninggal dunia kemarin, Rabu (11/9) sekitar pukul 18.05 WIB di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta. Hal ini tentu menimbulkan rasa kesedihan yang mendalam bagi seluruh rakyat Indonesia.

Figur sosok yang kerap dipanggil eyang oleh jutaan masyarakat Indonesia ini begitu melekat di hati. Sosoknya yang santun serta bersahaja telah memberikan kebanggaan tersendiri karena segudang prestasi yang ia dapatkan.


Terlebih lagi kisah cintanya dengan sang istri Ibu Ainun yang telah dikenal oleh seluruh penjuru Indonesia, makin membuat pak Habibie dikagumi banyak orang. Kisah cinta yang begitu melegenda ini bahkan sempat difilmkan dengan judul "Habibie & Ainun".

Dengan berbagai prestasinya baik dalam menempuh pendidikan maupun karir pemerintahan Indonesia, tak heran jika sosok BJ Habibie kerap menjadi panutan. Kisah hidupnya sangat menarik untuk dijadikan pembelajaran hidup. Berikut perjalanan hidup BJ Habibie, hingga menjadi seorang panutan bagi masyarakat Indonesia yang berhasil tim WowKeren rangkum.

(wk/putr)

1. BJ Habibie Berasal Dari Keluarga Terpandang


BJ Habibie Berasal Dari Keluarga Terpandang

Hingga kini, BJ Habibie merupakan satu-satunya Presiden yang berasal dari etnis Gorontalo, Sulawesi. Garis keturunan ayahnya yang berasal dari Kabila, Gorontalo dan ibunya dari etnis yang berasal dari Yogyakarta. Habibie lahir dari keluar besar dan merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA Tuti Marini Puspowardojo.

Ayahnya, Alwi Abdul Jalil Habibie merupakan seorang ahli pertanian yang memiliki nama keluarga "Habibie". Nama keluarga tersebut merupakan salah satu marga asli dalam struktur sosial Pohala'a atau Kerajaan dan Kekeluargaan di Gorontalo. Tak hanya itu, marga "Habibie" juga dicatat secara historis berasal dari wilayah Kabila yakni sebuah daerah di Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo.

Sang ibu, RA Tuti Marini Puspowardojo merupakan anak seorang dokter spesialis mata di Yogyakarta. Ayah dari ibu Habibie, Puspowardjojo diketahui bertugas sebagai pemilik sekolah. Sementara kakek Habibie merupakan seorang pemuka agama, anggota majelis peradilan agama serta salah satu pemangku adat Gorontalo yang tersohor pada saat itu.

2. Sudah Menunjukkan Bibit Jenius Dari Kecil


Sudah Menunjukkan Bibit Jenius Dari Kecil
https://www.perpusnas.go.id/

BJ Habibie telah menunjukan kecerdasan otaknya dari jaman saat masih duduk di bangku sekolah. BJ Habibie mengenyam pendidikan sekolah dasarnya di Pare-pare. Lalu Habibie melanjutkan sekolahnya di SMP 5 Bandung yang bertepatan dengan wafatnya sang ayah ketika beliau menginjak usia 14 tahun.

Beliau kemudian melanjutkan pendidikan SMA di Gouverments Middlebare School, di Bandung. Setelah lulus SMA pada tahun 1954 Habibie melanjutkan kuliahnya di Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan teknik mesin yang pada saat itu namanya masih Universitas Indonesia Bandung. Setelah mengenyam bangku kuliah di kampus bergengsi itu selama 6 bulan, Habibie memutuskan untuk melanjutkan pendidikan S1 dan S2 nya di Jerman tepatnya di kampus Rheinisch-Westflische Technische Hochschule Aachen.

Dalam menempuh pendidikan di Jerman, beliau tidak mendapatkan beasiswa melainkan dengan biaya sendiri dari orang tuanya. Hal ini karena prinsip dari orang tua beliau yang merasa bahwa pendidikan anaknya tidak boleh dibiayai oleh orang lain. Semua biaya ditanggung oleh kedua orang tuanya meskipun mereka bukan berasal dari kalangan berada.

3. Bertemu Sang Pujaan Hati, Hasri Ainun Besari


Bertemu Sang Pujaan Hati, Hasri Ainun Besari

Sudah bukan rahasia lagi jika kisah cinta pak Habibie dan ibu Ainun ini begitu romantis hingga diabadikan dalam bentuk film. Kisah cinta antara Habibie dan sang pujaan hati, Hasri Ainun Besari bermula sejak masih remaja saat masih dalam bangku sekolah menengah.

Mereka berdua mulai menjalin komunikasi ketika menduduki SMA yang sama. Hal hal itu tak berlangsung lama, pasalnya komunikasi mereka akhirnya terputus setelah Habibie melanjutkan kuliah dan bekerja di Jerman. Ainun sendiri tetap berada di Indonesia untuk berkuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

BJ Habibie menikah dengan Hasri Ainun Besari pada tanggal 12 Mei 1962 di Rangga Malela, Bandung. Berasal dari dua suku yang berbeda, akad nikah Habibie dan Ainun digelar secara adat dan budaya Jawa, sedangkan resepsi pernikahan digelar keesokan harinya dengan adat dan budaya Gorontalo di Hotel Preanger. Usai menikah, keduanya dikaruniai dua orang putra, yakni Ilham Akbar Habibie dan Thareq Kemal Habibie.

Kisah cinta Habibie dan Ainun seolah melegenda, pasangan ini menikah saat Habibie menjalani kuliah, dengan kondisi finansial yang sulit. Rasa cinta Habibie diuji ketika beliau mendapatkan berita bahwa Ainun divonis menderita kanker.

Meskipun begitu, Habibie tetap di sisi Ainun untuk melalui cobaan tersebut hingga detik-detik terakhir Ainun berpulang. Hasri Ainun Habibie meninggal dunia pada 20 Oktober 1999 dan meninggal luka mendalam bagi rakyat Indonesia. Rasa sedih Habibie atas kehilangan pujaan hati diwujudkan dalam bentuk puisi.

4. Melanjutkan Pendidikan Di Jerman Yang Penuh Perjuangan


Melanjutkan Pendidikan Di Jerman Yang Penuh Perjuangan

Habibie belajar tentang keilmuan teknik mesin di Fakultas Teknik Universitas Indonesia Bandung (sekarang Institut Teknologi Bandung) pada tahun 1954. Hanya berselang 6 bulan atau pada 1955, beliau kemudian melanjutkan kuliah S1-nya di Rheinisch-Westflische Technische Hochschule Aachen untuk studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang,

Habibie berkuliah di Jerman tanpa bantuan beasiswa baik swasta maupun negeri. Demi meringankan beban orang tua dalam membiayai pendidikannya, Habibie memilih untuk tinggal jauh dari pusat kota dengan tempat tinggal yang memiliki fasilitas seadanya.

Beliau bahkan rela untuk berjalan kaki dari tempat tinggal ke kampus hanya demi menghemat biaya transportasi. Selain itu, selama menempuh S1 dan S2 di Jerman, beliau sempat dua kali dikira telah meninggal di Jerman selama masa itu. Namun jerih payah beliau akhirnya terbayar karena berhasil menyelesaikan pendidikan S1 hingga S3 meskipun menjalani pendidikan dengan biaya yang terbatas.

Habibie mendapatkan gelar Ing dari Technische Hochschule Jerman pada tahun 1960. Kemudian Habibie melanjutkan studi doktornya Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachen Jerman dan mendapatkan gelar doktor untuk bidang teknologi pesawat terbang pada tahun 1965 tepat pada usia 28 tahun.

5. Memulai Karir Cemerlang Di Jerman


Memulai Karir Cemerlang Di Jerman

Setelah lulus, Habibie bekerja di sebuah industri kereta api Firma Talbot di Jerman. Habibie kemudian melanjutkan studi doktornya sambil bekerja. Saat masih berada di Jerman Habibie pernah bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm, sebuah perusahaan penerbangan yang berpusat di Hamburg, Jerman. Dalam perusahaan tersebut, beliau menjabat menjadi Kepala Departemen Riset dan Pengembangan Analisa Struktur untuk periode 1966 hingga 1969.

Beliau kemudian dipindakan posisinya menjadi Kepala Divisi Metode dan Teknologi Pesawat Komersil/Pesawat Militer pada tahun 1969 hingga 1973. Puncaknya pada tahun 1974, Habibie dipercaya menjabat sebagai Vice President Messerschmitt-Bölkow-Blohm Hamburg (MBB) yang merupakan sebuah perusahaan dirgantara ternama di Hamburg, Jerman. Nama Habibie menjadi tokoh penting dengan kecerdasan serta rekam jejaknya yang kredibel.

6. Diperintahkan Pulang Ke Indonesia Oleh Presiden Soeharto


Diperintahkan Pulang Ke Indonesia Oleh Presiden Soeharto

Habibie resmi pulang ke Indonesia tahun 1974 karena diperintahkan Presiden Soeharto melalui utusannya Ibnu Sutowo untuk kembali ke Indonesia. Pada tahun 1974 hingga 1978, Habibie masih sering melakukan perjalanan ke Jerman. Hal ini karena pada saat itu Habibie juga masih menjabat sebagai Vice President di MBB.

Lalu, pada tahun 1978, Habibie menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi yang kemudian berakhir pada tahun 1997. Selain itu Habibie juga memimpin perusahaan BUMN Industri Strategis dan merangkap sebagai Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan juga diangkat sebagai Ketua Dewan Riset Nasional. Pada tanggal 14 Maret 1998 Habibie resmi ditunjuk presiden Soeharto mendampinginya sebagai wakil presiden.

7. Berhasil Membuat Pesawat Terbang Pertama Indonesia


Berhasil Membuat Pesawat Terbang Pertama Indonesia

Di sela-sela pekerjaannya, sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) Habibie berhasil mencetak sejarah bagi masyarakat Indonesia. Pada tahun 1995, Habibie berhasil membuat pesawat terbang pertama Indonesia yang kemudian diberi nama N250 Gatot Kaca. Proyek pembuatan pesawat yang sukses ini mendapatkan sertifikasi dari Federal Aviation Administration.

Saat menjabat jadi Menristek, Habibie ingin untuk mengimplementasikan "Visi Indonesia". Menurut Habibie, lompatan-lompatan Indonesia dalam "Visi Indonesia" bertumpu pada riset dan teknologi, khususnya pula dalam industri strategis yang dikelola oleh PT. IPTN, PINDAD, dan PT. PAL. Beliau ingin agar Indonesia sebagai negara agraris dapat melompat langsung menjadi negara Industri dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

8. Resmi Menjadi Presiden Ke-3 RI


Resmi Menjadi Presiden Ke-3 RI
Reuters

Puncak karier Habibie terjadi pada tahun 1998, dimana saat itu beliau diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia untuk periode 21 Mei 1998 hingga 20 Oktober 1999. Hal ini terjadi saat tragedi 1998, di mana Presiden Soeharto dipaksa mundur dari jabatannya sebagai presiden oleh para mahasiswa. Namun Habibie hanya menjabat selama 1,5 tahun.

Selama pemerintahannya itu, Habibie banyak mengeluarkan beberapa kebijakan yang mengubah pandangan pemerintahan dan politik negara, seperti membebaskan tahanan politik, membebaskan pendirian partai politik, dan membatasi masa pemerintahan presiden hanya 2 periode. Lepasnya Timor Timur dari wilayah NKRI menjadi penyebab lengsernya Habibie dari kursi presiden setelah diadakan sidang umum MPR 1999. Setelah tidak menjabat sebagai presiden RI, Habibie kembali ke Jerman.

9. Berhasil Memberikan Landasan Kukuh bagi Indonesia


Berhasil Memberikan Landasan Kukuh bagi Indonesia

Segera setelah memperoleh kekuasaan Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet. Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Beliau juga membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.

Pada era pemerintahan yang singkat, Habibie berhasil memberikan landasan kukuh bagi Indonesia yang akhirnya melahirkan UU Anti Monopoli atau UU Persaingan Sehat dan Perubahan UU Partai Politik dan yang paling penting adalah UU otonomi daerah. Melalui penerapan UU otonomi daerah inilah gejolak disintegrasi yang diwarisi sejak era Orde Baru berhasil diredam dan akhirnya dituntaskan di era presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel