Pejabat Amerika mengingatkan warganya yang masih berada di Ukraina untuk segera meninggalkan negara itu. Pasalnya Russia diperkirakan bisa saja melakukan invasi dalam waktu dekat.
Peringatan AS soal invasi yang kemungkinan dilakukan oleh Rusia kepada Ukraina tampaknya membawa dampak tersendiri bagi negaranya. Hingga saat ini, ketegangan Rusia-Ukraina masih terjadi.
Usai bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Prancis Emmanuel Macron diketahui bertandang ke Ukraina. Saat berada di Ukraina, Macron menyampaikan hasil pertemuannya dengan Putin.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengadakan pembicaraan di Moskow pada Senin (7/2), sedangkan Kanselir Jerman Olaf Scholz menggelar pembicaraan di Washington.
Sebelumnya, Rusia disebut kemungkinan akan melakukan invasi terhadap Ukraina di tengah ketegangan yang terjadi. Atas hal ini, pihak Ukraina pun lantas buka suara.
Kekhawatiran akan keadaan krisis di Ukraina imbas ketegangan dengan Rusia, tampaknya membuat negara-negara yang warganya bertempat di sana mengkhawatirkan keadaan tersebut, termasuk Indonesia.
Kala krisis Ukraina semakin berkembang, sebuah hal tak terduga terjadi. Kekuatan dunia menyerukan aliansi pimpinan AS untuk meninggalkan 'pendekatan ideologis Perang Dingin'.
Sumber pemerintah mengatakan pada Kamis (3/2) bahwa langkah itu diambil sebagai tanggapan terhadap sanksi yang diproyeksikan menyusul invasi Rusia ke Ukraina.
Ketegangan yang terjadi di antara Rusia dan Ukraina semakin mengundang perhatian dari negara di dunia. Presiden Turki menyebut Ankara telah memposisikan sebagai mediator atas konflik kedua negara tersebut.
Konflik yang terjadi antara Rusia dengan Ukraina tampaknya juga membuat Indonesia khawatir. Kemenlu RI mengungkapkan ada ratusan WNI yang saat ini berada di Ukraina.
Adapun tujuan pengerahan pasukan itu untuk memberikan pesan kuat kepada dunia bahwa NATO penting bagi Amerika dan sekutunya serta sebagai sinyal kuat kepada Rusia.
Presiden Rusia, Vladimir Putin menuduh Amerika telah memancing mereka ke dalam perang. Putin juga menyebut Amerika hanya menggunakan Ukraina sebagai alat.
Sebagian warga di Kharkiv, Ukraina, rupanya sudah mempersiapkan diri untuk melawan balik jika Rusia jadi melancarkan serangan ke negara mereka. Kharkiv merupakan kota terbesar kedua di Ukraina.
Konflik yang tampaknya memanas antara Rusia dan Ukraina itu pun memicu reaksi dari pihak Dewan Keamanan PBB. Dewan Keamanan PBB siap untuk mengambil langkah atas kemungkinan invasi yang dilakukan Rusia.
Sebuah desa di Ukraina Timur jadi saksi konflik panas dengan Rusia. Penduduknya yang tinggal sedikit itu pun kini menjalani hidup dengan kecemasan dan kekhawatiran.
Uni Eropa sangat bergantung pada Rusia untuk memenuhi sekitar sepertiga pasokan gasnya. NATO mengatakan Eropa perlu melakukan diversifikasi terhadap pasokan energinya.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menekankan bahwa negaranya tidak menginginkan perang namun mengatakan jika Rusia juga tidak akan mengabaikan kepentingannya.
Ketegangan yang semakin memanas antara Rusia dengan Ukraina itu menimbulkan kekhawatiran tersendiri. Ditambah kini terungkap potensi risiko di luar invasi Rusia.
Konflik Ukraina dan Rusia semakin memanas. Para masyarakat Ukraina pun kini dibuat waspada dan merasa tak aman karena hidup dalam bayang-bayang potensi invasi Rusia.
Konflik yang terjadi antara Rusia dengan Ukraina tampaknya semakin memanas memicu kekhawatiran akan terjadinya perang. Hal ini lantas disoroti juga oleh pihak Amerika Serikat dan sekutunya.